Cerita Suraidah Tentang KRI Banda Aceh

Wacana.info
Ketua DPRD Mamuju, Suraidah Suhardi Saat Berada di Atas KRI Banda Aceh. (Foto/istimewa)

MAMUJU--KRI Banda Aceh jadi kapal perang pertama yang menjajal Pangkalan Angkatan Lau (Lanal) Mamuju. Kehadiran KRI dengan nomor lambung 593 itu di Mamuju sekaligus menandai diresmikannya Lanal Mamuju oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Ade Supandi, Selasa (31/10).

TNI Angkatan Laut sengaja mendatangkan KRI Banda Aceh untuk memeriahkan peresmian Lanal Mamuju. Selain atraksi terjun payung oleh sejumlah pasukan terlatih milik TNI.

Oleh TNI Angkatan Laut, masyarakat umum diperbolehkan untuk lebih dekat dengan KRI Banda Aceh. Bahkan sampai diizinkan naik dan melihat-melihat fasilitas yang ada di dalam KRI Banda Aceh.

Ketua DPRD Mamuju, Suraidah Suhardi jadi salah satu orang yang sempat berjalan-jalan di atas KRI buatan PT PAL di Surabaya itu.

"Bagus di atas nah. Lengkap. Ada kamarnya, dapur sampai tempat berolah raga sama alat olah raganya, ada semua di atas kapal," ungkap Suraidah via telepon.

Suraidah yang mengaku baru pertama kali menaiki kapal perang juga mengaku sempat berbincang dengan para isteri-isteri pasukan angkatan laut. Selama di atas KRI Banda Aceh, Ketua DPC Demokrat itu mengaku banyak memperoleh pengalaman dari interaksinya dengan beberapa orang penghuni kapal.

"Tapi saya tidak terlalu lama di atas kapal. Masih terasa goyang-goyangnya," ungkapnya.

Untuk informasi, Dikutip dari Wikipedia, KRI Banda Aceh dengan nomor lambung 593 itu adalah salah satu jenis kapal Kapal Perang Republik Indonesia bertipe Landing Platform Dock yang pembuatannya dilakukan PT PAL di Surabaya dan mulai beroperasi Maret 2011. 

Kapal ini memiliki kapasitas angkut total sebanyak 344 personel, tiga unit helikopter jenis Mi-2/Bel 412 di deck dan dua di hangar, dua unit LCVP, tiga unit howitzer dan 21 tank dengan luas LPD 125 meter persegi. 

Kapal Landing Platform Dock 125 meter kapal ke-4 ini dirancang secara khusus untuk mampu dipasang senjata 100 mm dan dilengkapi dengan ruang CIC untuk sistem kendali senjata (Fire Control System) yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan self defence dengan komunikasi kapal ke kapal kombatan untuk melindungi pendaratan pasukan dan kendaraan taktis serta tempur untuk pengendalian pendaratan helikopter.

Kapal dibangun dengan kelas Loyd Register + 100A1 dan menggunakan konstruksi lambung ganda (double bottom). 

Untuk memudahkan manuver, kapal dilengkapi bow thruster yang berfungsi memecah gelombang. 

Untuk mengoperasikan kapal, mesin dapat dioperasikan dari ruang kontrol dan bisa langsung dari ruang mesin, serta dilengkapi peralatan rumah sakit darurat dan bisa difungsikan untuk pertolongan pertama. 

Kapal LPD 125 meter tersebut didesain untuk memenuhi tugas operasi TNI AL, di antaranya untuk Landing Craft Carrier, yakni Landing Craft Unit 23 m, pendaratan pasukan, operasi amfibi, tank carrier, combat vehicle 22 unit, tactical vehicle 13 unit, total embarkasi 507 personel termasuk troop carrier 354 troop, kru, tamu, dan officer. Selain itu, operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana, serta mampu berlayar selama 30 hari secara terus-menerus.

KRI Banda Aceh bukanlah kapal perang pertama yang 'nyandar' di Mamuju. Beberapa bulan lalu, KRI Tongkol juga sempat berlabuh di 'bumi manakarra', namun memilih lepas jangkar di pelabuhan Kasiwa Mamuju. (Naf/B)