Mau Jadi Bos atau Mitra

Wacana.info
Suhardi Duka. (Foto/Manaf Harmay)

Oleh : Dr. Suhardi Duka MM

Pemimpin masa lalu masih bisa kita jumpai di era milenia dan digital seperti saat ini. Masih ada juga yang bertahan, baik di kalangan manajemen perusahaan, terlebih di organisasi publik.

Penampilan yang rapih, staf yang berlapis, sampai handphone-pun secara khusus dipegang oleh pendamping, serta selalu berbicara satu arah. Sosok inilah yang disebut bos. Orientasi berpikirnya profit untuk perusahaan maupun pemilik dan atau dia sendiri.

Di era milenia ini orientasi pemimpin tidak lagi semata hanya berpikir pada laba, tapi justru lebih luas dan menyeluruh pada visi. Karena visilah bisa mengubah segalanya, bisa mencapai lebih jauh dari angka-angka laba dan harapan.

Visi yang didefenisikan dengan jelas akan menjabarkan anda ke dalam tindakan dan tanggungjawab yang tinggi. Karyawan harus ditanamkan nilai dan memahami visi perusahaan atau organisasi. Visi jangan hanya di buat oleh orang tanpa dipahami makna dan tujuannya. Seperti halnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Di era milenia ini, batas-batas pemimpin, manager dan karyawan semakin samar bahkan sering terlihat sebagai satu tim work diskusi. Saling memberi masukan bahkan sering memegang bersama baut dan mur untuk dilekatkan pada suatu mesin.

Era bos telah jauh ditinggalkan oleh managemen modern seperti Apple, Google, Facebook dan perusahaan besar lainnya. Pemilik tidak lagi menanamkan bagaimana mencapai laba, tapi sudah menanamkan dedikasi bagaimana perusahaan didedikasikan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas peradaban manusia.

Untuk hal tersebut dapat kita cirikan perbedaan pemimpin itu sebagai berikut:

A. Pemimpin yang bos:

* Bos atau atasan

* Standar ganda

* Menganalisa, merencana melaksanakan, mengontrol

* Fokus pada nama jabatan dan deskripsi pekerjaan berdasarkan pelatihan dan keahlian fungsional

B. Pemimpin yang bukan bos:

* Mitra atau kawan tim

* Standar moral

* Menginspirasi, memfokuskan, mendorong, mengakui

* Mengabaikan nama jabatan dan deskripsi pekerjaan yang kaku, fokus pada kualitas pribadi dan keahlian antar pribadi

Lars kolind & yacob botter

Pemimpin tidak lagi mendasai suatu daerah hanya sekadar menjadi mesin proyek dan mengejar PAD, tapi sejauh mana menciptakan gerakan dan mitra untuk membangun dan mendesain kesejahteraan masyarakat. Gerakan kesadaran berbagi akan tanggungjawab dalam berbagai sektor menjadi tugas pemimpin untuk menggerakan semua potensi dalam masyarakat.

Era bos telah ditinggalkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Mereka telah membangun era kesadaran dan peradaban baru dalam hubungan komisaris, direksi dan karyawan. Ketiganya bersama-sama menjadi pemilik disaat tertentu, dan juga jadi karyawan disaat yang lain. 

Cairnya hubungan dalam perusahaan akan meningkatkan rasa tangggungjawab dan tentunya akan meningkatkan produksi.
Inilah bentuk kemitraan yang bisa mendorong kinerja dan produktifitas perusahaan. Di era milenia ini, kemerdekaan dan kebebasan seseorang semakin menjadi hak dan tuntutan. Untuk itu, leadership yang mengekang dan menekan semakin ditinggalkan karena tidak menciptakan kenyamanan dalam pekerjaan.

Hal yang penting dalam managemen adalah komunikasi. Komunikasi bisa menyelamatkan perusahaan ataupun organisasi yang tadinya korup menjadi baik. Satu contoh LEGO. Perusahaan ini pernah mengalami masalah dan kemunduran, dan mengganti CEO dan menunjuk mantan konsultan MsKinsey 'Jurgen Vig Knudstorp'.

Apa yang pertama dilakukan Knudstorp adalah mengajak karyawan berdialog langsung dengannya. Meminta ide-ide segar untuk mengatasi masalah di perusahaan dan berdialog secara jujur tanpa menyembunyikan fakta. Menutup komunikasi dengan mitra maupun karyawan akan menjadikan organisasi menjadi organisasi tradisional dan terkebelakang.

Mogok bukan jalan yang baik, tapi bila komunikasi tersumbat dan tidak membuka fakta kondisi perusahaan akan menyebabkan rendahnya tanggungjawab. Birokrasi sering melupakan manajemen moderen sehingga itu birokrasi menjadi sesuatu yang rutin dan tidak inovatif. Hingga generasi muda tidak menjadikan birokrasi sebagai tempat berkreatif dan inovatif. 

Ubah cara berpikir anda dan sesuaikan dengan era dan zamannya agar anda bisa berada dan berpengaruh di zaman ini. Jangan anda paksakan era yang tradisionil ke era milenia dan online ini. (*/Naf)

(Mamuju, 7 Oktober 2017)